Benturan Metodelogi

Sebenarnya saya tidak ingin mengangkat masalah ini kepermukaan lagi, karna masalahnya tidaklah besar dan terlalu lebay bila masalah ini di angkat lagi. namun karena melihat perjalanan Dpd kita kedepannya masih jauh, dan juga untuk merekatkan kembali tali silaturahmi agar tidak renggang dan putus, maka saya mencoba mengklarifikasi kembali perbedaan sudut pandang kedua intelektual muda kita kemarin.

Jangan dianggap tulisan ini sebagai propokatif atau penyebar fitnah, tidak. Tujuan saya bukan kesana, saya hanya ingin kita mengetahui duduk permasalahannya seperti apa dan bagaimana menyelesaikannya? Posisi saya disini tidak memihak antara satu dari dua teman kita tadi, ataupun menjelek-jelekkan keduanya. Saya mencoba untuk fair dan taadul, melihat dari dua sisi yang berbeda dan saya berharap semoga tulisan ini di maklumi.

Bermuara dari pertanyaan salah seorang sahabat kita yang nyentrik pada seorang sarjana psikolog yang menjadi pembicara malam itu, pertanyaannya memang agak sedikit menggelitik dan centil. Maklumlah mungkin lagi masa-masa proses metamorfosa dari kepompong ke kupu-kupu, jadi keingin tahuannya lebih dominan dari masa-masa sebelumnya. Buktinya baru beberapa detik saja duduk sudah mengacungkan tangan untuk bertanya, sangat fantastis.!

Kalau pertanyaan anda centil maka jangan marah kalau jawabannyapun ikut centil, ini logika yang simple. Kalau anda bertanya tentang otomotif maka jangan harap anda mendapatkan jawaban biologi, karena itu tidak logis dan absurd. dan juga kalau anda bertanya tentang nahwu maka jangan harap anda akan mendapatkan jawaban fikih karena itu lucu dan anda akan ditertawai. Begitu juga dengan psikologi, sosiologi, hadits, filsafat, sastra Dll.

Namun yang menjadi titik tekan saya disini bukanlah pada pertanyaannya atau jawaban pemateri, tapi yang menjadi sorotan adalah cara bertanya dan cara menjawab.

yang menjadi pertanyaan, Apa yang salah dengan cara menjawabnya? Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cara menjawabnya, hanya metode menjawab itu masih tabu dikalangan para audiens., benturan ini memang wajar terjadi dikarenakan latar belakang pendidikan yang berbeda. Dengan perbedaan ini maka metodenyapun ikut berbeda, namun hal ini bisa di antisipasi apabila antara keduanya saling memahami.

Bila kita lihat sepintas pendekatan yang digunakan pemateri sebelum memberikan kesimpulan adalah metode yang tidak hanya puas dengan jawaban teoritis, pemateri ingin memberikan jawaban yang lebih demonstrative Dan bisa memuaskan semua pihak.

Metode pendekatan seperti ini bukanlah hal yang tabu di dunia pendidikan, khususnya lagi pendidikan yang besicnya umum. Bahkan Metode semacam ini menjadi syarat wajib untuk memberikan kesimpulan pada setiap hipotesa. Biasanya mereka melakukan observasi terlebih dahulu melakukan penelitian kemudian percobaan lalu kesimpulan.

Di al azhar sendiri metode ini juga ikut dipelajari namun sayang dia hanya sekedar teori dan belum di peraktekkan. meskipun kita sering di berikan bahats oleh Dosen di kuliah namun itu masih kurang. Ini mungkin menjadi Pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan

Kembali kepembahasan pokok kita diatas. Lalu bagaimana cara mengatisipasi agar hal-hal semcam ini tidak terulang kembali? Jawabannya adalah semua fihak harus saling memahami, biasanya sebelum pemateri memberikan persentasenya dihadapan publik, dia terlebih dahulu memahami audiensnya, dia berbicara dengan siapa, apakah dia akademisi, politisi atau agamawan. Persentator harus mengobservasi dahulu sebelum memberikan persentase. Selain itu para hadirin juga harus mengetahui siapa persentatornya, dan juga materi apa yang ingin disampaikan. Jangan menghukumi secara kulli terhadap yang juz'iy karna itu logika yang salah. Inilah sebenarnya adab hiwar yang diajarkan oleh islam, saling tabayyun sebelum menghukumi dan menasehati apabila ada yang keliru. Saya rasa apabila keduanya saling mengerti dan saling memahami maka insya Allah hal-hal yang kita inginkan tidak akan muncul. wallahu a'lam bissawab.

Penulis : Wawan. ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Benturan Metodelogi ini dipublish oleh Wawan. pada hari Senin, 20 Februari 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 1komentar: di postingan Benturan Metodelogi
 

1 komentar: